Melihat Lebih Dekat Kota Blitar :)

BismiLLAH, kali ini saya akan mengulas tentang mbolang saya edisi Blitar. Dengar kata Blitar pastilah yang muncul pertama kali: Makam Bung Karno. Yakk pastilah itu. Haha tidak bisa dipungkiri lagi kalau kota Blitar sudah menjadi semacam icon kota Patria karena banyak menyimpan sejarah. Bahkan setelah saya mengunjungi kota tersebut saya jadi berkesimpulan kota Blitar adalah kota sejarah kedua di Jawa Timur setelah Surabaya. 

Oke lanjut, perjalanan waktu itu adalah Sabtu pagi 7 Desember 2013 pukul 8 pagi, kami berkumpul di Stasiun Kota Baru Malang. Formasi kali ini adalah: Saya, Rina, Lale, dan Lely alias Zii. Memang kami berniat ingin naik kereta karena dua orang kawan saya Lale dan Zii memang antusias banget naik kereta, secara mereka belum pernah. Kalau saya udah pernah naik kereta, ingat kan postingan saya sebelumnya edisi Banyuwangi? Yak, jadilah ke Blitar dengan naik kereta api ini menjadi pengalaman ke dua bagi saya. Oke, sebelum kami sampai ke stasiun di angkot, saya, Zi dan Lale berbincang-bincang bagaimana jika tiket kereta dari Malang-Blitar sudah habis? Dan kami sepakat dan dengan semangat merubah destinasi ke Jogja, temanya adalah: yang penting naik kereta! Haha. Setibanya di stasiun kami bertiga belum mendapati Rina dan akhirnya kami bertiga bertanya tiket ke loket di dalam stasiun. Dan guess what emang terjadi: tiket Malang-Blitar sold out! Oh maan. Kemudian karena kami sudah berunding ingin ke Jogja saya bertanya lagi kepada petugas loket kebetulan mbak-mbak muda gitu. “Kalau jurusan Surabaya mbak?”, “Sebentar ya saya cek-an.. ada mbak,” saya bertanya lagi “Kalau Jogja mbak?”, “Loh mbaknya ini sebenarnya mau ke Blitar, Surabaya, apa Jogja??”, hahaha kami terlihat agak konyol waktu itu. Oke saya langsung berkata ”Oh iya makasih ya mbak..”. Dan setelah Rina datang dimana doi sempat syok kalau terjadi perubahan ingin ke Jogja. Dan setelah berunding dari segi waktu dan finansial akhirnya dicapai keputusan sebagai berikut:

1.    Tetap tujuan ke Blitar, ke makam Bung Karno dan Candi Penataran,
2.    Berangkat naik bis dan pulang naik kereta
3.    Pesan tiket kereta pulangnya sekarang (alias beli di Stasiun Malang saat ini juga).

Okeee setelah mendapatkan 4lembar tiket seharga masing-masing 4 ribu kami keluar dari stasiun kota Malang. Dari stasiun kami naik angkot/len jurusan dekat Gadang lupa saya namanya, dan turun dipertigaan. Dari pertigaan itu kami menyetop bis jurusan Blitar. Jadi kami ga perlu ke terminal lagi, tapi memang di titik ini ada penaikan penumpang. Oke tau gak biayanya berapa per orang Rp.17rb! beda banget nget nget kan sama tiket kereta Rp.4rb, itulah makanya tiket kereta cepat habis untuk destinasi Malang-Blitar. Setelah hampir 2 jam an kami akhirnya diturunkan di pertigaan tugu Pancasila di kota Blitar, dimana bis yang kami naiki belok ke kiri sedangkan makam bung Karno lurus kedepan. Dari pertigaan tersebut awalnya kami disarankan untuk naik becak, namun karena kami sepakat ingin berhemat, serta firasat yang mengatakan bahwa Makam Bung Karno dekat, akhirnyaa kami memutuskan untuk JALAN. Dan yeah guess what, salah besar! #tetoong (bunyi bel) haha. J-A-U-H B-A-N-G-E-T!! -______- wooh luar binasa, antara pertigaan tempat kami turun dari bis sampai ke gerbang wisata bung Karno itu mungkin ada 1 km, dan dr gerbang itu ke tempat tujuan sekitar 500 meter. Dan waktu itu pas lagi nyentrong-nyentrongnya matahari. Uuulaalaa. Tapi untung kami berempat memiliki fisik yang cukup kuat, jadi tidak terjadi apa-apa seperti pingsan gitu, hhe. Gerbang wisata bung Karno itu banyak diisi oleh toko-toko cendramata kebanyakan sih batik dan peralatan reog. Dan kami yang memang dari awal tidak berniat membeli oleh-oleh (karena udah saking pegelnya kaki), jadi pengen cepat-cepat sampai di tempat tujuan.

Pertigaan tugu pancasila
Jalanan cukup lengang
Perempatan di salah satu jalan di kota Blitar
TMP Blitar
Kota yang tenang..
dan bersih..
Depan rumah dinas walikota Blitar
Jalan masuk taman rekreasi Kebon Rojo
Akhirnya.. Petunjuk jalan kesana!
Belok kanan..
dan sampailah ke gerbang yang dicari
Dari gerbang disambut oleh Kampus II Universitas Negeri Malang
Matahari yang cukup silau
Banyak lapak-lapak penjual cindramata
ini juga salah satunya..
Dann setelah ber-ratus-ratus meter melangkah akhirnya sampai jugaaa ke area yang disebut Perpustakaan Proklamator Bung Karno, dan dengan segera kami masuk kesana. Dan setelah memasuki bagian tengah perpustakaan ini kami disambut dengan patung besar Bung Karno berwarna coklat sedang duduk melipat kaki di kursi. Yakk kami yang sudah kumus-kumus dan sedikit gosong tetap mengabadikan diri bersama patung tersebut dalam sebuah lukisan cahaya yang bernama foto. Karena tema kali ini wisata sejarah, maka kurang afdol kalau kita tidak masuk ke bagian dalam perpustakaan ini. Dan kamipun akhirnya masuk, dan untung saja full AC, adeeem..berasa nemu oase di padang pasir, hiaa hahaha. Perpustakaan itu lebih banyak berisi foto-foto sih, semua foto dibingkai dan diberi tulisan dilarang disentuh, dan juga terdapat sedikit informasi tentang foto tersebut. Hanya terdapat satu etalase saja yang terdapat buku, itupun buku-buku jadul seperti dengan tulisan aksara jawa. Malah awalnya saya kira Al-Qur’an dari kejauhan, haha. Hmm sebenarnya seru saja sih wisata sejarah itu, tapi jika hanya melihat foto-foto saja rasanya itu..agak membosankan. Maka itu saya lebih banyak menghabiskan bernarsis-narsis ria foto bersama kawan di depan patung garuda berukuran jumbo, yang juga terdapat di dalam perpustakaan itu. Oh ya, seperti biasa suasana tempat wisata sejarah selalu saja memberikan suasana mistis tertentu. Seperti lukisan Bung Karno di pintu masuk perpustakaan itu, saya merasakan ada sebuah energi yang kuat dari lukisan itu. Hmm kata teman saya Zi dulu lukisan tersebut ada tulisannya jangan disentuh dan bila dilihat dari samping akan terlihat bahwa jantung Bung Karno bergerak kembang kempis. Woww, tapi sayangnya kami tidak menemukannya waktu itu, hmm kurang beruntung.

Bagian depan Perpustakaan Bung Karno
Menara di depan pintu masuk
Lukisan Bung Karno yang katanya bisa berdegup jantungnya
Lukisan-lukisan dalam perpustakaan
Keluar dari sana kami beranjak keluar dari bangunan besar perpustakaan itu, sebenarnya masih banyak ruangan lain yang belum dimasuki, atau mungkin perpustakaan yang berisi buku-buku, tapi entahlah kami berempat kompak melangkahkan kaki keluar. Dan diluar terdapat semacam taman dengan air mancur kecil. Kolam ini dibuat datar sama dengan dataran yang kaki kita pijak, selain itu tidak ada juga batasnya. Sehingga harap hati-hati jangan sampai kecebur, karena tampaknya dalam. Setelah jeprat-jepret sebentar kami melanjutkan naik ke tangga di depan ujung dimana disanalah terletak makam bung Karno. Sebelumnya kami ke kamar kecil dan kemudian masuk ke area makam. Musholla terdapat di area ini, dan kami istirahat sejenak disini setelah sholat. Area makam berbentuk seperti pendopo dengan posisi bangunan yang tinggi, saya dan Zi tidak terlalu berminat untuk naik ke makam, jadi hanya Rina dan Lale yang naik kesana. Setelah sudah cukup istirahat leha-leha sejenak kami melanjutkan perjalanan kami ke Candi Penataran.

Tembok besar Bung Karno
Kolam air mancur besertaa tangga menuju makam
Pendopo makam Bung Karno
Keluar dari area wisata sejarah Bung Karno, kami bertanya-tanya orang-orang sekitar mengenai tujuan ke Candi Penataran. Dan dari survey yang telah dilakukan akhirnya disimpulkan bahwa kami tidak jadi untuk pergi kesana. Ini setelah menimbang-nimbang pernyataan dari orang-orang dijalan yang kami ketahui, yakni waktu sudah terlalu sore, jadi kemnungkinan ketika balik dari Candi sudah tidak ada lagi len. Oh ya, saya belum memberi tahu, di kota Blitar sangat jarang ada angkot/len, adanya mobil besar dan becak dan tentu saja ojek sebagai kendaraan umum. Setelah pertimbangan tersebut akhirnya kami memutuskan ke Kebun Rojo Blitar, kebetulan kami melewatinya dalam perjalanan menuju makam Bung Karno. Dari kawasan wisata Bung Karno ke Kebun Rojo kami memutuskan menaiki becak, dan satu orang dikenakan Rp.6rb. Setelah sampai disana ternyata gerbang hanya membuka sedikit, dan memang Kebun Rojo ini masih dalam tahap pembangunan oleh karena itu masih belum dibuka secara resmi. Dan keuntungannya adalah bebas tiket masuk! Haha. Lumayan juga isi dari Kebun Rojo ini, terdapat area semacam kebun binatang, area bermain, tugu, dan juga air mancur sebagai bundaran dari kebun ini. Kamipun langsung bernarsis-narsis ria, dan untungnya juga sepi pengunjung jadi kami dengan leluasa berekspresi.

Naik becak menuju Kebun Rojo
Terdapat beberapa satwa disini
ada rusa yang cantik ini juga
Ini bentuk lokasi dari kebun binatang di Kebun Rojo
Sepi pengunjung karena memang masih dalam tahap pembangunan
Ketemu model yang satu ini
Lumayan fotogenik :D
Tugu di dalam Kebun Rojo
Bunderan berupa air mancur
Santai dulu bentar disini ya..;)
jeprat-jepret dulu lah..
Asik! :D
Oke, dari sana kami bertolak menuju stasiun kota Blitar. Dan setelah tanya bapak penjual es kami akhirnya melanjutkan perjalanan via kaki kami. Dari instruksi jalannya tampak rute tersebut dekat karena katanya itu lewat jalan tembus. Tapi ternyata tetap saja: JAUH! Tapi dengan berjalan kaki menurut saya kami lebih bisa secara detail mengamati kota Blitar dari dekat. Jalan ke stasiun juga melewati alun-alun kota Blitar dan itu menjadi pemandangan tersendiri bagi kami. Setelah hampir setengah jam lebih berjalan kami akhirnya sampai juga di stasiun Blitar, stasiun ini terletak di jalan masuk di samping Kantor Pos. Kami langsung bersujud syukur (lebay banget ya pake bersujud), yah pokoknya berucap alhamduliLLAAAH akhirnya gitu loh: naik kereta! Semua keletihan seketika menguap, terlihat jelas di wajah Lale dan Zi yang memang semangat sekali menunggu di tempat pemberhentian kereta di sisi rel. Setelah jeprat-jepret akhirnya datang juga kereta yang dinanti dan kereta telat sekitar setengah jam lamanya. Perjalanan menghabiskan waktu kurang lebih 3 jam dan kami pun sampai di kota Malang dengan selamat, sentosa, tidak kekurangan satu apapun. Keluar dari stasiun Malang sedang hujan rintik-rintik, dan kami dengan segera mencari len ke jurusan yang kami tuju. Dan akhirnya semua sampai di rumah/kosan dengan membawa kesan berbeda tentang perjalanan hari ini.

Jalan satu arah menuju alun-alun
Tampak jalanan yang lengang dan..bersih
Gerbang alun-alun Blitar
Kantor Walikota Blitar di daerah alun-alun Blitar
Sore hari di kota Blitar :)
Ulala, akhirnyaa: SAMPAI juga! Go back to Malang :)
Rel tempat kereta api melintas
Kereta datang..ups tapi bukan kereta ini yang kita naiki!
Tempat pemberhentian kereta, ayok siap2 naik!
Oookay, itu saja postingan saya mengenai perjalanan edisi Kota Blitar. Kesimpulan saya tentang kota Blitar adalah kota yang damai dan bersih, namun kekurangannya ada pada sarana transportasi, ini menyulitkan wisatawan yang datang dengan kendaraan umum. Tapi overall, Blitar kota yang nyaman, ok see ya in the next posting, and Salam ;)

8 komentar:

  1. hello . . . :-)
    apa benar lukisan pak.sukarno bisa bergerak di dadanya ???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kata teman sy bisa, tapi dulu, dulu di depan lukisan bung karno ada tulisan "jangan disentuh, bila dilihat dr samping akan terlihat dada yg bergerak".. tapi waktu sy kesana tidak ada tulisan itu, dan sy cek jg dadany tidak bergerak.. :) btw thanks kunjungannya :D

      Hapus
  2. Aku penasaran sama kota kelahiranku di blitar... aku besar di jakarta tp aku blom pernah kesana
    Semoga ibu bapaku dn keluarga besarku baik baik saja d kota tenang tersebut..

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah semoga diberi kesempatan bisa kesana..aamiin :)

      Hapus
  3. Blitar tempat ku dibesarkan. Kota yang tenang jauh dari hiruk piruk kyk kota" besar. bebas macet dan yang pasti gk ada begal. Rumah ku dkt sama makan dan perpustakaan bung karno, tinggal jalan kaki. Banyak tempat wisata yang keren dan kece badai. Enggak nyesel kalau bisa main ke blitar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo dr stasiun selain becak ada dokar ga yaa??soalnya pengenn bangett naek dokar edisi ngidam pengen nae kereta n dokar hehehee maklum di sby ga da dokar

      Hapus
  4. Kalo dr stasiun selain becak ada dokar ga yaaa??soalnya penfen naek dokar n tarifnya kira2 brapa

    BalasHapus
  5. Kalo dr stasiun selain becak ada dokar ga yaaa??soalnya penfen naek dokar n tarifnya kira2 brapa

    BalasHapus