Kemarin di akhir bulan Desember 2012 saya sekeluarga mendatangi kota Tenggarong Kalimantan Timur yang jauh perjalanannya ditempuh 1 jam lewat darat dari kota Samarinda. Sebetulnya bisa dilakukan melalui perairan yaitu menyebrang sungai dengan kapal feri kecil, dan bisa juga dengan menyebrang jembatan Kutai Kertanegara, namun karena jembatan tersebut telah runtuh, maka kami memutuskan tetap melalui jalan darat saja. Setelah sampai di daerah kota Tenggarong tampaklah sebuah kota yang sangat tersusun rapi dan bersih, sangat khas kalimantan. Dari tepian sungai sepanjang kota tersebut terdapat sebuah pulau yang sebut Pulau Kumala yang terletak tidak jauh dari tepi sungai. Namun jika ingin kesana kami harus menyebrang dengan kapal. Jadilah kami hanya mengunjungi museum Tenggarong dan museum Kayu.
Terakhir kali saya memasuki dua museum tersebut sekitar 11 atau 12 tahun lalu, dan sekarang rasanya sangat berbeda. Pertama yaitu Museum Kutai.
|
Halaman depan Museum Kutai Kertanegara, Tenggarong Kaltim |
Saya merasa seakan-akan bangunan dan patung-patung di luar depan musem tersebut menjadi mengecil! Bangunan di dalamnya juga rasanya semakin sempit saja, padahal diingatan saya museum tersebut sangat lapang dan besar, namun sekarang malah sebaliknya. Tapi itu tentu saja terjadi karena sugesti saya saja. Dulu waktu saya kecil disekeliling terlihat lebih besar, dari jarak pandang saja sudah berbeda dengan sekarang. Museum ini dalamnya terdiri dari 2 lantai, lantai pertama/lantai dasar berisi singgasana, senjata, tempat tidur, perhiasan, alat musik dan wayang, alat-alat tenun, uang masa lampau, dll. Lantai bawah tanah berisi guci-guci, peralatan makan, miniatur-miniatur alam, patung-patung dengan pakaian adat. Kesemuanya benda-benda didalam museum ini tertutup oleh kaca kecuali alat musik dan wayang serta singgasana kerajaan Kutai masa lampau. Museum ini memiliki kekurangan, yaitu sirkulasi udaranya yang buruk, sehingga pengunjung merasa sulit bernapas dan juga engap. Sebenarnya terdapat AC dilantai bawah tanah namun tampaknya tidak dinyalakan. Padahal kita tahu bahwa ruangan bawah tanah perlu sirkulasi udara yang baik. Banyak juga kursi singgasana yang telah bulukan dan kotor karena debu, ini sebenarnya bisa diminimalkan dengan dipasangnya Air Conditioner. O ya, masuk ke museum ini terasa sekali aura mistisnya, patung-patung di ruang bawah tanah serasa hidup dan melirik pada kita. Barang-barang yang ada di sana seakan-akan membisikkan pada siapa saja yang memandangnya: "Aku adalah saksi bisu dari sejarah yang sudah saangat lama berlalu".
|
Manequin busana pasangan adat kutai |
|
Barang pecah belah zaman lampau |
|
Penutup kepala khas Kalimantan timur |
|
Sultan Kutai ke 17 |
|
Singgasana kerajaan Kutai |
|
Patung keadaan Kutai semasa dulu |
|
Patung di halaman depan museum |
Itu saja yang saya ingin ceritakan mengenai jalan-jalan saya bersama keluarga di kota Tenggarong, jangan lupa juga baca postingan lainnya ya! ;)
0 komentar:
Posting Komentar