BismiLLAH, hmm dari judulnya mungkin banyak yang pada
bertanya-tanya, apa maksud dari Rambut Monte, oke daripada penasaran
langsung aja ke TKP. Oya, sebelumnya saya mengetahui informasi tentang Rambut Monte ini dari mbak kos saya yang sekarang sudah lulus. Dan berbekal saran dari beliau serta arahan dari peta Google Map, juga tambahan bertanya-tanya kepada penduduk yang kami temui di jalan, akhirnya sampailah saya dan kawan-kawan ke tujuan. Jadi bagi yang masih bingung bisa googling di Google Map dan mencarinya. Seperti ini (bisa di zoom jika ingin melihat secara detail):
|
Desa Krisik, tempat Wisata Rambut Monte berada |
Rambut Monte adalah sebuah tempat wisata berupa danau atau telaga
dengan mata air dibawahnya, antara mata air dengan air di sekelilingnya
memiliki warna yang berbeda, inilah yang membuatnya fantastis. Rambut Monte
berada di kawasan Kabupaten Blitar Desa Krisik, bisa dilalui dari 3 jalur,
yakni dari Kediri, Batu (Malang), dan tentu saja Blitar. Setelah
mempertimbangkan jarak dan estimasi waktu akhirnya kami memutuskan untuk berangkat
dari kota Malang lewat Batu. Rutenya adalah sebagai berikut: Malang-Batu-Pujon-Pertigaan
Wlingi. Setelah semalam sudah mempersiapkan segala macam perlengkapan yang
mendukung perjalanan, paginya 15 Desember 2013 kami (formasi: saya, Rina, Lale,
dan Dwi) bertolak dari kosan saya di Jl.Pekalongan Malang ke kota Batu.
Perjalanan menuju Batu ramai lancar waktu itu, dan karena hari Sabtu jadi
jalanan cukup padat, namun kami masih bisa laju waktu itu, hha. Kemudian keluar
Batu kami melewati medan ekstrim yang berkelok-kelok membuat siapapun
pengendara harus ekstra hati-hati dalam memacu kendaraanya. Dan bagi saya ini
adalah pengalaman pertama saya berkendara dengan motor, karena biasanya saya
melewati jalan ini bersama bus Puspa Indah jurusan Kandangan, Kediri. Tembus
Pujon kami terus lurus ke arah Ngantang, kemudian terdapat pertigaan antara
Wlingi, Blitar dan Waduk Selorejo. Setelah belok ke kiri kami melanjutkan
perjalanan hingga bertemu sebuah papan bertuliskan RAMBUT MONTE. Oke, kami
langsung belok kiri. Oh ya, dari arah Batu ke Rambut Monte ini kita tidak sampai
ke Wlingi kok, karena di pertigaan waduk tadi terdapat tulisan ‘Wlingi 27 km’,
dan tujuan kita yakni Desa Krisik mungkin hanya kurang lebih 8 km saja,
pokoknya dari pertigaan waduk Selorejo membutuhkan waktu setengah jam-an saja. Jalan
menuju Rambut Monte cukup membuat pengendara motor berguncang-guncang, jadi
harap waspada dalam berkendara.
|
Kondisi jalan menuju Rambut Monte |
Setelah sampai di tujuan kami masuk dengan membayar tiket masuk
sebesar Rp.3rb per orang dan biaya parkir motor Rp.1rb. Kami masuk dengan
perasaan berdebar seperti apakah kondisi sebenarnya dari telaga/danau ini,
karena dari foto-foto yang ada diinternet, semua menunjukkan hasil yang sama:
INDAH! Danau terletak di dataran rendah dari tempat parkir dan reruntuhan
candi, jadi kami harus menuruni tangga terlebih dahulu untuk mencapai kawasan danau
tersebut. Dan terang saja kami kaget dengan pemandangan yang tersaji didepan
mata kami. Tempat yang sangat alami dan indah, hutan hujan tropis dengan warna
hijaunya yang mentereng, kondisi pohon-pohon tua yang menjulang dengan
lumut-lumutnya yang eksotis. Dan tentu saja yang paling menjadi sorotan:
birunya mata air ditengah-tengah danau!! Di ujung danau di dekat sumber air
berwarna biru tersebut terdepat semacam gubuk untuk bisa disinggahi dan melihat
secara lebih dekat mata air yang terkenal cantik itu. Kami tersedot untuk
melangkahkan kaki kesana dan ketika sampai di gubuk tersebut kami seketika
terpana, bengong, speechless, hanya
diam dan tak berkedip. Dan disanalah penyesalan saya tiada akhir, ternyata tepat
ketika kami datang kesana sudah ada segolongan anak muda yang sedang membuat
film dokumentasi, dan yah bisa ditebak selanjutnya, kami disuruh keluar sejenak
dari gubuk itu. Padahal darisanalah spot
terbaik melihat birunya sumber mata air. Dan parahnya kenapa saya tadi tidak
ingat tentang kamera yang saya bawa. Entahlah saya terlalu speechless waktu itu, seperti ada aura mistis yang membuat mata air
itu, apa ya.., you can call that..magis?
Biru terang dengan jernihnya air serta ikan-ikan raksasa membuat siapapun yang
memandangnya terpana. Yah, itulah yang saya alami.
Hampir sejam kami menunggu mereka yang membuat film itu selesai
-_______- how annoying. Dan setelah
orang-orang itu selesai malah ada lagi rombongan yang datang, dan, dan,
parahnya, mereka MEMBUANG kacang atom dan roti ke dalam kolam dengan tujuan
agar dimakan ikan-ikan, bisa dibayangkan betapa hancurnya perasaan saya waktu
itu. Yang parahnya lagi hujan turun rintik-rintik, semakin buyar saja air danau
itu, sudah tidak seindah ketika pertama kali kami lihat di awal. Sambil menunggu rombongan kedua yang menjengkelkan ini kami tentu
saja ikut masuk ke gubuk kecil itu karena hujan. Setelah 10 menitan akhirnya
mereka rombongan itu selesai juga, dan yang aneh menurut saya, mereka seperti
berdoa dihadapan mata air itu, sepintas sih terdengar seperti bacaan arab, tapi
entahlah. Dan dari kejauhan di sisi lain danau juga terdapat orang-orang yang
mengambil air danau dengan jerigen-jerigen. Hmm ternyata masih banyak pengunjung
yang masih percaya dengan hal-hal seperti itu, padahal ini zaman udah canggih
dan maju. Tapi ya namanya orang kan beda-beda keyakinannya, so selama ga mengganggu ya silakan saja.
That’s my opinion. Seperginya
rombongan itu kami laangsung mengambil alih kekuasaan gubuk itu, kami
berceklik-ceklik (bunyi kamera, red) dan saya tentu dengan segera mengambil
gambar-gambar danau, walaupun sudah banyak sampah dan juga ada rintik-rintik
hujan yang membuat danau tidak sejernih semula. Tapi toh saya banyak mengambil
gambarnya, hehe. Setelah puas sekitar 2 jam berfoto di gubuk dan di sekeliling
danau kami akhirnya memutuskan keluar dari sana dan menuju ke destinasi
selanjutnya: Waduk Selorejo. Dan disanalah kami berencana makan siang, karena
perut sudah lumayan keroncongan. Perjalanan diiringi rintik hujan dan
pemandangan sederet pegunungan yang sejuk dan luar biasa indah, saya meminta
kepada kawan saya agar saya berada di belakang alias tidak mengemudi. Tentu
saja karena saya ingin mengambil beberapa foto dari pegunungan di daerah Desa
Krisik nan sejuk ini. Perjalanan pulang terasa lebih dekat dibandingkan ketika
berangkat, karena ketika berangkat kita masih memiliki rasa penasaran terhadap
medan yang akan dilalui.
|
Enak banget suasananya. teduh dan tentram.. |
|
Disini spot terbaik |
|
Terdapat pohon-pohon nan eksotis |
|
Kondisi alam yang lembab memberikan kesan tersendiri |
|
Ini pengunjung yang bikin rusuh ngelempar makanan ke air :( |
|
Rintik-rintik hujan membuat air tidak terlihat jernih |
|
Ini ketika cuaca mulai cerah |
|
Tampak sisa-sisa kacang atom :,( |
|
Ngeliat birunya air jadi pengen nyebur |
|
Tapi seperti ada aura yang mengatakan jangan, jadi terkesan mistis |
|
Apa itu hanya perasaan saja, entahlah.. |
|
Yang jelas saya tidak pernah bosan membidiknya |
|
Ikan-ikan juga turut andil memperindah :) it called God Fish (ikan Dewa) |
|
Diantara pohon yang sudah sepuh |
|
Lihat saja dari lumut yang tumbuh subur |
|
Bayangkan jika malam-malam ke tempat ini, waw |
|
Lihat ada orang yang mengambil air dengan jerigen? |
|
Ini diambil dari tangga menuju danau |
|
Dan ini diluar di dekat area parkir Rambut Monte |
|
Perjalanan pulang di lintasan Wlingi |
|
Mata dimanjakan dengan view macam ini |
|
Dengan udaranya yang sejuk menambah te-refresh-nya otak kita |
Sesampainya ke pertigaan Waduk Selorejo kami diwajibkan membeli
tiket masuk sebesar Rp.12,5rb dan biaya parkir yang saya lupa nominalnya. Sesampainya
disana kami mencari tempat makan dengan spot yang mantap, yakni diujung semacam
tebing yang dibawahnya terdapat sungai. Disini juga dapat terlihat jembatan
gantung yang panjang yang menghubungan tempat wisata Selorejo lainnya. Kawasan
wisata waduk ini sangat luas dan sangat ramai pengunjung, banyak bis-bis besar
pariwisata dan juga mobil-mobil pribadi. Selain itu banyak area-area dari
kawasan wisata ini, namun karena keterbatasan waktu maka kami tidak bisa
mendatangi semua area. Setelah makan panganan bernuansa ikan, udang dan wader
akhirnya kami capcus menuju mushola untuk sholat. Saya dan Lale yang sedang
‘libur’ pergi ke toilet dan mencuci wajah dan menata wajah kami yang sudah
kusut. Setelah selesai urusan masing-masing kami menaiki kapal untuk
mengelilingi waduk Selorejo dengan harga per kapal (bisa muat untuk 10 orang)
seharga Rp.40rb, namun karena waktu itu hanya ada kami berempat maka kami saja
yang naik diatas kapal itu.
|
Tempat makan kami dengan view menghadap sungai |
|
Di sebelah kanan terdapat jembatan gantung |
|
Yak ini dia jembatan gantungnya |
|
Dan ini kendaraan kami mengelilingi waduk |
|
Beberapa nelayan dengan background pegunungan |
|
View dari dalam kapal :D |
|
Terlihat cuacanya yang sangat sejuk bukan? |
Kondisi alam disana pada saat itu sejuk, tidak ada matahari, dan
pegunungan dari kejauhan tertutup oleh kabut dan awan sehingga membuat suasana
menjadi kelam. Kami mulai berlaga di atas kapal alias foto-foto, dan foto alam
sekitar terutama waduk menjadi fokus utama. Air yang tenang dengan iklim sejuk
seperti ini membuat orang yang berada membelah waduk menjadi tenang dan damai.
Dari kejauhan terlihat beberapa perahu kecil seperti nelayan dengan background sederet pegunungan nan indah.
Perjalanan dengan kapal tersebut tidak terlalu lama, karena paket yang kami
pilih adalah yang paling murah, hehe. Mungkin sekitar 20 menitan saja kami
diajak berkeliling waduk. Setelah sampai ke tempat awal kami naik akhirnya kami
turun dari kapal dengan membayar Rp.10rb per anak. Dari sana kami bertolak
ingin menyebrang jembatan gantung panjang yang mengarahkan ke area wisata
pemandian dan kolam renang (kata Rina, red). Dan sesampainya disana kami agak
kecewa karena ada peraturan bahwa dilarang berada dijembatan sebanyak lebih
dari 10 orang dan juga dilarang untuk diam di jembatan (yang ini saya tidak
mengerti kenapa dibuat seperti itu). Jadi saya kurang bisa mendapatkan
kebebasan dalam membidik gambar karena menjadi terburu-buru. Setelah puas
fot-foto kami akhirnya keluar dari kawasan wisata Waduk Selorejo tersebut dan
kembali ke kota Malang.
|
Ini dia jembatan gantung |
|
View dari jembatan gantung |
|
Peraturan yang membuat tidak puas :( |
Perjalanan pulang diiringi dengan hujan deras, kami tentu saja
sudah memprediksi hal ini maka kami berhenti dipinggir jalan dan memakai jas
hujan kami masing-masing. Medan di kawasan Pujon membuat saya membawa kendaraan
dengan saangat hati-hati. Dan yang awalnya kami berencana pulang lewat jalan
pintas Paralayang karena hujan dan jalanan licin akhirnya kami lewat jalan
berkelok-kelok Pujon, seperti ketika kami berangkat tadi pagi. Sampai Batu ke
arah Malang kami disambut dengan macet yang berkepanjangan. Dan dari sinilah
saya mengasah kemampuan saya dalam menyelip antrian panjang kendaraan baik dari
dari sisi kiri dan kanan, haha. Pukul 5 kami sampai ke rumah/kosan
masing-masing, dan tentu saja memiliki kesan masing-masing tentang perjalanan hari
ini. Kesimpulan dari perjalanan kali ini adalah: Rambut Monte adalah tempat
wisata yang wajib dikunjungi selama sobat berada di Jawa Timur, dan sekalian
darisana disarankan untuk mengunjungi Waduk Selorejo, apalagi jika bersama
rombongan keluarga besar, karena waduk ini cocok untuk wisata keluarga. Oke
sekian postingan saya tentang trip ke
Rambut Monte-Waduk Selorejo, yang sangat recommended
buat para travellers, and keep the area clean! Salam ;)
0 komentar:
Posting Komentar